Ikatan Alumni Kristen Politeknik Medan

 

 
 

Berterimakasihlah pada Tuhan untuk segala sesuatu yang telah Anda miliki, PERCAYAKAN pada Tuhan segala sesuatu yang Anda perlukan.

= NN =

 

Ringkasan Khotbah Kebaktian Bulanan IAKPM , 11 Juli 2004

 

"PRIBADI YANG BERINTEGRITAS"
Bpk. Helmut Simanjuntak

Nats Alkitab : Daniel 1


Pada tahun ketiga pemerintahan Yoyakim raja Yehuda, Nebukadnezar raja Babel mengepung kota Yerusalem dan membawa perkakas-perkakas serta beberapa orang keturunan raja dan bangsawan ke istana raja. Diantaranya ada Daniel, Hananya, Misael, dan Azarya. Raja Babel menginginkan mereka bekerja di istananya, maka ia melakukan beberapa hal kepada mereka antara lain :

  • Mengubah keyakinan Daniel dan kawan-kawan dengan mendidik mereka selama tiga tahun (…ay.5)

  • Mereka diberi nama baru (…ay.7)  Daniel dinamai Beltsazar, artinya semoga belt (pemimpin para ilah) melindungi raja, Hananya dinamai Sadrakh, Misael dinamai Mesakh, Azarya dinamai Abednego yang artinya hamba nego (dewa).

  • Memberi makanan dari santapan raja dan dengan minuman raja.

Ketika sajian makanan raja ditawarkan pada Daniel dan kawan-kawan, Daniel langsung menolaknya karena ia memiliki ketetapan hati untuk tidak menajiskan dirinya dengan makanan itu dan karena Daniel ingin tetap menjaga kekudusan dan ketaatannya pada Tuhan.
Daniel menolaknya karena sudah menjadi kebiasaan pada saat itu sebelum makanan raja disantap, terlebih dahulu harus dipersembahkan kepada dewa dan kemungkinan karena ada larangan mengenai makanan haram (Imamat 11 : 2 – 8).   Daniel memang tidak melihat langsung makanan itu dipersembahkan pada dewa tapi oleh karena hati nurani dan keyakinannya yang langsung menolaknya,  hal itu disebabkan oleh karena hubungan pribadi Daniel dengan Tuhan sangat dekat, sehingga ia  peka  akan segala hal.
Apabila sekali saja kita kompromi dengan dosa maka untuk selanjutnya akan susah untuk melawan dosa tersebut, dan lama kelamaan akan menjadi kebiasaan dan bukan lagi suatu dosa bagi kita.
Sekarang banyak Alumni yang mengaku sudah lahir barupun sudah tidak peka lagi terhadap dosa.  Dalam memilih teman hidup, dalam berpacaran, dalam hal kompromi kesalahan dengan rekan kerja, dalam hal pengambilan keputusan, bahkan dalam melayani Tuhan, dll.  Tidak lagi mempertahankan kesaksian hidup sebagai orang percaya.  Bagi Tuhan pelanggaran kecil dan besar adalah sama merupakan kesalahan yang mempermainkan Tuhan.  Gunakan fasilitas kantor yang dibuat untuk kebutuhan perusahaan spt telepon, listrik, air, mobil, internet, hotel, dll untuk urusan kantor, urusan perusahaan, bukan untuk urusan pribadi, kecuali fasilitas itu memang jelas sebagai fasilitas jabatan dan ditujukan untuk kepentingan pribadi yang biasanya untuk level top management.  Ada batas-batas rawan yang menuntut kepekaan kita dalam mempertimbangkan suatu hal dan mengambil keputusan apakah yang kita lakukan adalah kehendak Tuhan atau bukan?  Atau untuk menyenangkan diri kita sendiri? Harus jeli sejauh mana.  Yang terpenting bukan bagaimana hubungan kita dengan perusahaan atau manusia tetapi hubungan kita sendiri secara  pribadi dengan Tuhan.  Ini hal paling sering yang kita jumpai, namun sebenarnya kita tidak mungkin bersembunyi dari Tuhan. Hati kita akan merasa bersalah dan tidak tenang.  Orang yang merasa nyaman kompromi dengan hal-hal ini bisa dipastikan kondisi kerohaniannya sedang menuju kemunduran.  Begitu pula kebohongan-kebohongan yang terpaksa dilakukan demi pekerjaan dan akhirnya jadi terbiasa karena lebih taat kepada manusia.

Lihat langkah-langkah yang dilakukan Daniel untuk menghadapi masalahnya yaitu :

  • Ay. 11-14, Daniel dengan berani meminta diadakan percobaan selama sepuluh hari dengan tidak memakan makanan raja, tetapi cukup sayur dan air untuk diminum.  Kemudian setelah sepuluh hari tampaklah perbedaan antara Daniel, Hananya, Misael dan Azarya lebih sehat dibandingkan dengan orang muda lainnya yang makan dari santapan raja.  Daniel berani melakukan itu karena ia memiliki iman dan tetap taat untuk berpegang pada Tuhan.  Lebih baik taat kepada Allah daripada kepada manusia, karena pandangan manusia tentang kebenaran dan kekudusan bukanlah standard.

  • Daniel dan kawan-kawan bercakap-cakap dengan raja, dan didapati mereka lebih cerdas 10 kali lipat dari semua orang berilmu dan semua ahli jampi diseluruh kerajaannya.  Oleh karena Allah memberikan hikmat kepada Daniel, Hananya, Misael dan Azarya.

Kalaupun saat ini kita tidak hidup pada zaman Daniel tetapi yang dihadapinya sama dengan apa yang kita hadapi saat ini.  Begitu banyak tawaran-tawaran dunia baik dari pekerjaan yang menawarkan jabatan, uang, kekayaan; dari keadaan sekitar kita yang seringkali mambuat kita kompromi dengan segala yang ditawarkannya.  Meskipun demikian kita harus  memiliki ketaatan untuk tetap menjaga kekudusan hidup.  Prinsip Alkitab mengatakan "Not to get but to give" artinya kita bekerja harusnya memberi bukan menerima.  Banyak Alumni sudah tidak tahu lagi membedakan mana yang benar menurut manusia dan yang benar menurut Tuhan.  Sudah sejahtera melakukan pelanggaran dihadapan Allah.  Lebih gampang menuntut hak-nya daripada melakukan kewajibannya dahulu.

Berikut kita dapat mempelajari bagaimana Daniel didalam ketaatannya :
- Daniel mengenal kehendak Tuhan dengan baik.
Dia mengetahui rencana dan kehendak Tuhan, karena Daniel banyak bergaul dengan Tuhan dan menjadikan Firman Tuhan sebagai fondasi kehidupan. Seperti Firman Tuhan dalam Yoh 15 : 4  (Tetap tinggal didalam Yesus).  Mengapa banyak alumni yang hilang atau hidup sudah tidak lagi menjaga kekudusan hidupnya? Karena Firman Tuhan tidak lagi menjadi fondasi hidupnya.  Bila kita sudah tidak mau diisi lagi dan belajar firman Tuhan dengan baik maka keroposlah iman kita, sulit untuk peka dengan kehendak Tuhan, sekarang orang merasa sudah pintar dan paham firman Tuhan padahal praktek hidupnya sudah mulai bergeser.

- Memiliki kebiasaan berdoa (Daniel 5 : 11-12; Dan 2 :17-18; Daniel 9).
- Mempunyai persekutuan yang baik dengan sesama  (Daniel 2:17).
- Berani mengambil resiko  karena iman yang dimilikinya (Daniel 1 :12).
- Ketaatan dan ketergantungan yang penuh pada Allah
- Mengetahui tujuan hidupnya adalah Kristus
- Setia untuk tetap ikut Tuhan sampai selamanya

Hidup yang berintegritas berarti hidup dalam konsintensi artinya apa yang kita dapatkan, kita ajarkan, itu juga yang kita lakukan, seperti yang tertulis dalam Matius 23 : 1-3.
Sebagai alumni kita harus hidup berintegritas karena demikianlah Bapa di surga seperti Firman Tuhan yang mengatakan "Kuduslah kamu sebab Aku kudus"  dan karena tujuan dan target Allah bagi orang tebusan-Nya yaitu hidup dalam kesetiaan. Sebab tanpa kekudusan kamu tidak dapat melihat Allah.  Sebagai Allah yang adil Ia sendiri akan bertindak bagi orang pilihan-Nya yang melanggar kekudusan dan integritas kekristenannya.  Sudah banyak kesaksian yang bisa kita lihat lambat-laun hidupnya akan semakin layu dan kering sedangkan orang yang tetap setia hidupnya akan tetap bertahan sampai kesudahan, tetap bersukacita sekalipun dunia menekannya, sekalipun di mata dunia ia dicemoohkan.

"Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.  Ia seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.  Sebab Tuhan mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan."  (Mazmur 1:1-3,6)

Syaloom, Tuhan memberkati
created by :  BPH - IAKPM Medan
 

 

 
 

Baca ringkasan khotbah yang lainnya :

Visi Dan Misi

 
AD/ART
 
Jadwal Kebaktian
 
Profil Alumni
 
Ulang Tahun
 
Saran
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sekretariat :

P. Bulan Medan 20156