Unfaithful
Adalah kemunafikan besar , jika kita
berkata tidak pernah tidak setia. Perkataan ini hanya di tujukan
kepada orang orang yang sudah pernah melayani Tuhan dan pernah
menikmati pengorbanan Kristus didalam kehidupannya dan bukan kepada
orang yang belum pernah melayani.
Pengalaman kerohanian kita
membuktikan bahwa hampir setia hari kita tidak setia kepada yang
kita percayai, mungkin ada banyak opini tentang ketidaksetiaan,
tetapi pada kesempatan ini ingin ditegaskan kembali, bahwa kita anak
anak Tuhan memiliki potensi besar untuk tidak setia dihadapan Tuhan,.
Mungkin kita berpikir kesetiaan itu terlampau luas.
Dalam Alkitab kata setia sangat
banyak diungkapkan ada kira kira kurang lebih 850 kata, hal ini
mengambarkan betapa berharganya nilai sebuah kesetiaan di mata Tuhan.
Dalam peayanan Pelayanan Paulus ,dia selalu menyatakan hendaklah
kamu setia sampai akhir. Ajakan ini memberikan petunjuk kepada kita
bahwa kita cenderung untuk tidak setia.Terkhusus Alumni yang terjun
didunia Karier dan pelayanan. Ada banyak orang mennyimpulkan
kesetiaan itu dilihat dari aktifitas, jika kita memiliki pola
pandang yang seperti itu pada dasarnya kita akan terjebak pada
activitas oriented yang mengakibatkan kita salah konsep. Tetapi jauh
dari itu kita dapat melihat bagaimana perjalanan kerohanian
seseorang, hubungannya dengan Tuhan dan kerinduannya untuk tetap
bersekutu dengahn Tuhan.
Orang yang setia kepada Tuhan adalah
orang yang memberi diri sepenuhnya secara terus menerus kepada
rencana dan kehendak Tuhan. Kristus adalah sebagai sosok teladan
sampai mati dikayu salib dan dia menunjukan kepada kita sebuah nilai
kesetiaan kepada kehendak Bapak disorga.
Alumni Zaman Akhir ini( 2 Tim 3 : 1
–9 ) sudah mulai memfokuskan segala sesuatu beorientasipada diri
sendiri yang sebenarnya hal ini menjadi racun bagi pertumbuhan
rohani dan keyakinan kita untuk tetap setia dihadapan Tuhan
Mengapa kita sering tidak setia
1. Arus Globalisasi
Tanpa kita sadari globalisasi
bagaikan roda yang terus berputar melaju dan bergelinding tanpa ada
rem yamg dapat menghentikannya. Arus globalisasi ini membuat kita
mengalami dua kondisi, yang pertama adalah kondisi dimana kita
tergilas oleh karena terjadinya cross culture dan yang kedua adalah
kita dapat melari melaju seiringan dengan perputaran arus
globalisasi tersebut. Kedua hal ini menjadi tantangan besar bagi
kita, dimana alumni kadang kala, tidak lagi memprioritaskan iman
kepada Tuhan, menganggap iman sesuatu yang terpenting dan menjadikan
Zaman ini menjadi tumpuan hidup ( memperillah zaman ) dan menjadi
yang terpenting serta menganggap bahwa segala galanya adalah Apa
yang saya miliki, alumni menjadi sombong , congkak dan menganggap
melayani Tuhan itu urusan nomor dua, berusaha secara terus menerus
untuk menabah kompetensi diri ( memang tidak salah ), tetapi tidak
ada lagi waktu untuk melayani Tuhan hal ini akan membuat alumni
terjebak, terperangkap seperti katak didalam kuali yang dipanasi
secara berlahan lahan dan akhirnya imannya akan mati. Kesetiaan akan
berubah menjadi ketidak setiaan dan dapat menjadi musuh dan racun
bagi orang yang masih tetap setia mlayani Tuhan. Kita memiliki satu
sosok teladan Daniel yang tetap setia melayani Tuhan dan mampu
menjadi yang terbaik karena ada ketetapan hati dan mengetahui apa
yang terpenting didalam kehidupannya, daniel tidak pernah
meninggalkan ibadahnya kepada Tuhan dan terus menjaga kekudusan
Tuhan didalam kehidupannya karena dia tahu bahawa sumber dari segala
galanya adalah dari Tuhan, dan ini juga membuat dia tidak memegahkan
diri, tidak sombong tetapi justru semakin rendah hati Sedangkan bagi
orang orang yang tidak mampu untuk mengikut putaran globalisasi akan
tergilas, frustasi, stress, dan menganggap mengikut Tuhan itu ndak
ada artinya, toh juga menjadi umpan bagi Zaman ini.
Menjadi pertanyaan besar bagi kita
saat ini adalah Mampukah kita tetap setia dihadapan Tuhan seperti
daniel, ketika zaman ini berubah begitu rupa? Pertanyaan ini menjadi
bahan perenungan bagi kita, apakah kita tergilas atau terbawa arus
atau tetap melaju terus dan tetap mengandalkan Tuhan dan membieri
diri dipakai oleh Tuhan menjadi saksi? Mungkin kita akan streess,
putus asa, menganggap beriman itu suatu kesia siaan oleh karena
tuntutan yang begitu deras, bahkan kita sering mengutuki diri
sendiri mengapa kita harus serti ini.
Tetapi kita harus melihat segala
sesuatu dengan presfektif Tuhan, sehingga kita tidak strees dan yang
penting adalah tidak ada kata terlambat mari terus berjuang dan
berjuang. Kita harus terus berpacu dan menambah kompetensi diri,
tetap mengutamakan TUHAN
2. Tidak Sanggup siap melewati
pergumulan hidup
Kadangkala kita berpikir, ketika kita
melayani Tuhan persoalan hidup akan selesai. Jika kita memiliki
pemikiran seperti ini, menunjukkan bahwa iman kita itu masih kerdil,
dan pada dasarnya masih menganut teologia sukses sehingga banyak
orang kristen ketikan menghadapi tantangan hidup justru mengutuki
Tuhan. Sebagai contoh perjalanan Israel dari mesir menuju kanaan,
mereka selalu bersungut sungut, mengerutu, berjinah dihadapan Tuhan
dnegan membuat patung untuk disembah, mereka tidak setia kepada
Tuhan, mereka mengutuki Tuhan, mereka tidak sanggup menjalani
realita hidup.
Alumni juga dalam perjalan hidupnya
tidak dapat lepads dari persoalan ini, alumni harus membuang jauh
jauh apabila masih ada pemikiran sebagai mana orang Israel.
Ketika kita mengumulkan teman hidup,
awalnya kita sangat serius dan ketat pola penyaringan yang kita buat
melebihi pola Tuhan, tetapi ada banyak alumni terjatuh, menganggap
Tuhan tidak mendengarkan doanya sehingga melepaskan semua kriteria
yang pernah digumulkan kepada Tuhan , beranggapan siapapun yang
penting adalah punya identitas kristen. Pada dasarnya didoakan
tetapi sudah didominasi oleh desakan keluarga, umur yang semakin tua,
lingkunga.Sehingga kita sering tidak memiliki kesensitifan rohani.
Hasilnya adalah membawa kita semakin jauh damn meninggalkan Tuhan ,
jauh dari pelayanan, tidak lagi ada persekutuan dengan Tuhan.
3. Bergandengan Tangan dengan Dosa
Strategi si Iblis zaman sekarang ini
mengalami kemajuan yang sangat sikn ifikan seiring dengan
perkembangan kecanggihan teknologi. Sehingga sangat sulit bagi kita
untuk membedakan antara kebenaran dan dosa. Bahkan sering terjadi
didalam kehidupan kita kebenaran dgan dosa dikerjakan dalam satu
kejadian untuk melakukan kebaikan yang sebenarnya adalah tetap
penyimpangan dari kebenaran yang sesungguhnya. Idealnya adalah kita
harus memikirkan kebenaran, bertindak dalam kebenaran dan tujuannya
adalah kebenaran . Ada banyak contoh yang terjadi khususnya adalah
membiayai pembangunan gereja dengan memperoleh uang hasil perjudian,
penipuan, korupsi dan lainlain dan kita juga tidak jarang memakai
fasilitas kantor hanya demi pribadi atau demi pelayanan, memakai
waktu kerja dikantoruntuk mengerjakan pelayanan. Mungkin ini harus
digumulkan lagi, jangan sampai kita menjadi bahan pembicaraan, dan
menjadi batu sandungan.
Alumni dalam aktifitasnya sehari hari
sering juga terperangkap dan tidak lagi memiliki kesensitifan rohani
yang tajam untuk dapat membedakan mana yang benar dan yang berkenan
kepada Tuhan, sering hanyut oleh tindakan tindakan yang dianggap
kurang memiliki makna, pada hal dalam hal ini juga kesetiaan kita
akan diuji.
Saudara/I yang kekasih, marilah kita
giat senantiasa dalam pelayanan Tuhan, mungkin ada banyak persoalan
kantor, keluarga, lingkungan yang membuat kita kecewa, frustasi
bahkan harus menangis, tetapi ingat Tuhan menyapa kita dengan
tanganNya yang lembut, mengangkat kita serta memberikan kita
kekuatan supaya kita kokoh, berakar dan menghasilkan buah yang lebat
. Hai saudara/I ku saya mengucapkan kitalah orang orang sukses
By : Oscar Butar-butar
|